Minggu, 10 Juni 2012

Penemuan Tulisan Mengubah Peradaban Manusia Prasejarah Menjadi Manusia Bersejarah


PENEMUAN TULISAN MENGUBAH PERADABAN MANUSIA PRASEJARAH MENJADI MANUSIA BERSEJARAH
Sejarah ada karena tulisan. Dengan tulisan yang ditinggalkan sebuah masyarakat kuno, kita bisa membaca bagaimana kehidupan mereka. Tulisan itu biasanya tertuang dalam berbagai benda purbakala, seperti prasasti, batu nisan, atau benda-benda yang dipakai dalam kebutuhan sehari-hari.
Era di mana manusia belum mengenal tulisan, dengan mudah kita menyebutnya sebagai sebagai prasejarah atau primitif. Manusia meyakini era itu ada, tetapi tidak tahu banyak bagaimana corak kehidupan di dalamnya, karena tak ada tulisan yang bisa menjelaskannya. Para ahli masa lalu (sejarawan atau antropolog) pun membuat batas-batas tahun yang menandai peradaban manusia, dari prasejarah ke era sejarah.
Namun batasan tahun itu sebetulnya relatif, karena pengetahuan manusia berkembang. Seperti profil masyarakat tertua dalam peradaban Eropa Kuno, ‘The Thracians’, sebelumnya dianggap sebagai masyarakat primitif. Namanya telah disebut-sebut oleh beberapa penulis klasik seperti Homer, Herodotus, Pythagoras, Plutarch, atau yang lain. Tak ditemukan tulisan dari masyarakat tersebut.
Dr Stephen Guide yang kemudian merubah kesimpulan itu. Dengan bantuan teknologi baca tanda yang berbasis kamputer, Dr Guide menyimpulkan bahwa beberapa tablet yang ditemukan Gradeshnits, Bulgaria, ternyata menyimpan sebuah pesan tertulis. Dalam analisisnya, ternyata tanda-tanda itu memiliki kemiripan dengan tulisan hieroglyp di Mesir. Tulisan ini kemudian dianggap sebagai tulisan hieroglyp yang pertama ada, sebelum masyarakat Mesir mengadopsinya.
Temuan itu pun merubah batasan prasejarah. Masyarakat yang tadinya dianggap sebagai primitif kini dimasukkan dalam era sejarah. Teknologi telah merubah masa lalu, setidaknya dalam cara pandang dan kesimpulan kita atas masa itu.
Seperti juga bentuk-bentuk budaya manusia lainnya, kepandaian tulis baca terbentuk melalui beberapa tahapan proses seiring dengan perkembangan cara berfikir suatu kelompok masyarakat manusia dalam waktu tertentu. Pertumbuhan suatu budaya tercipta dengan dorongan persepsi manusia itu terhadap kebutuhan untuk membebaskan diri dari tantangan-tantangan hidup yang ditemui. Dengan kata lain bagaimana manusia bisa menciptakan suatu usaha yang dengannya akan terpenuhi tuntutan kebutuhan hidup mereka. Apabila hasil usaha itu merupakan pemenuhan tuntutan hidup dan berproses melalui pemikiran, maka hal itu merupakan suatu bentuk budaya baru. Pelahiran budaya baru pada suatu masyarakat akan senantiasa merupakan gambaran perkembangan cara berfikir manusia pada saat itu.
Menulis, adalah salah satu bentuk budaya yang tercipta melalui proses-proses yang disebutkan. Penemuan lambang-lambang oral (huruf)yang bentuk akhirnya berupa tulisan, adalah suatu prestasi intelektual yang dicapai manusia dalam peradaban masyarakat klasik. Peralihan sistem komunikasi manusia dari tradisi oral ke tradisi menulis, sangat mempengaruhi percepatan perkembangan budaya dan perluasan informasi antar masyarakat dan antar generasi secara lebih otentik dan efektif. Akibat dari semua itu, tentunya --secara tidak langsung--, akan merubah tatanan budaya-budaya lainnya ke bentuk yang lebih baik dari masa-masa sebelumnya. Dengan demikian penemuan budaya tulisan dalam sistem budaya suatu masyarakat, tidak hanya akan menawarkan peningkatan dalam lapangan komunikasi saja, akan tetapi lebih jauh akan mempengaruhi aspek-aspek budaya manusia itu secara keseluruhan. Hal-hal yang kita sebutkan terbukti dari beberapa kerajaan besar pada zaman purba --seperti Mesir, Sumeria, Babylonia, Niniveh, China dan lain-lain-- yang telah memperoleh kemajuan yang pesat di bidang peradaban dalam masa 10.000 tahun semenjak mereka menemukan tulisan. Kemajuan tersebut ternyata lebih besar dari apa yang dicapai selama Zaman Batu yang berlangsung lebih kurang 2 juta tahun (Santoso,tt:19-20).
1. Proses Pertumbuhan Tulisan
a.      Tulisan Gambar
Sebagai salah satu hasil budaya, bagaimanakah awalnya tradisi menulis itu bermula pada suatu kelompok masyarakat manusia ?. Sebagaimana telah dikemukakan pada bahagian terdahulu bahwa tumbuhnya suatu budaya adalah karena adanya tantangan kebutuhan yang harus dipenuhi di dalam kehidupan. Kebutuhan akan tulisan bagi masyarakat tradisional (primitif), dirasakan setelah komunikasi lisan tidak lagi memadai di dalam kehidupan mereka sehari-hari. Dengan itu timbullah ide-ide sederhana untuk melambangkan setiap apa yang bisa mereka ucapkan. Tuntutan ini pada awalnya melahirkan bentuk-bentuk lambang sederhana dan rumit, yaitu dengan cara menggambarkan setiap benda yang diucapkan.
Perlambangan dengan gambar. Kemudian mengalami keterbatasan-keterbatasan. Oleh karena penggambaran itu hanya akan dapat dilakukan terhadap pengucapan-pengucapan yang berwujud kata benda atau mungkin kata kerja. Sedangkan untuk pengucapan yang bersifat abstrak, seperti kata sifat atau keadaan, tentu penggambarannya akan sulit dilakukan.
Tulisan gambar, di samping memiliki keterbatasan, juga sangat rumit. Karena sudah barang tentu untuk satu baris tulisan (satu kalimat) saja mungkin akan terdiri dari berpuluh-puluh jejeran gambar. Ini mengakibatkan tulisan itu sulit untuk dipahami serta penulisannya memakan tempat yang luas, di samping itu tidak semua orang yang bisa menggambar. Namun demikian, tulisan gambar setidaknya adalah proses pertama dari timbulnya tulisan pada masyarakat kuno, seperti Mesir, Sumeria, China dan lain-lain, yang dianggap telah melahirkan bermacam-macam jenis tulisan yang ada di dunia hingga saat ini.
b.      Tulisan Rumus
Perkembangan selanjutnya dari tulisan gambar ialah tulisan rumus (Zainuddin,1974:295). Upaya pertama yang dilakukan adalah penggambaran terhadap pengucapan yang abstrak, seperti kata sifat dan keadaan, yaitu dengan cara menggabungkan beberapa buah gambar benda dan ditujukan untuk satu pengertian sifat atau keadaan; seperti untuk penulisan karta 'siang' digunakan gambar matahari yang sedang memancarkan sinarnya, untuk melukiskan kata 'lapar', digambarkan sebuah tangan yang terletak didepan mulut. Menurut sementara ahli, sebagai proses kedua setelah tulisan gambar, adalah Pictographic Writing (Zainuddin,1974:20), yaitu tulisan gambar yang telah dipermudah cara pembuatannya (disederhanakan), dimana penggambaran benda-benda atau peristiwa diwakili oleh tanda kanji tertentu dan masih bersifat konkrit.
c.       Tulisan Potongan
Proses Pictographic Writing seperti disebutkan diatas, oleh Naji Zainuddin, adalah merupakan proses ketiga, yang ia sebut dengan Tulisan Potongan. Menurutnya tulisan ini masih berbentuk gambar (bersifat konkrit), akan tetapi sudah dipotong untuk kebutuhan pengungkapan satu suku kata, seperti gambar 'tangan ' untuk menuliskan kata yang berawalan yad ('yad' artinya : tangan ) (Zainuddin,1974:20). Kata Yadhas, Yadhar dan semacamnya, memakai tanda kanji yang sama yaitu 'tangan' dengan tambahan lambang pada susku kata berikutnya.
d.      Tulisan bunyi
Perkembangan selanjutnya ialah Tulisan Bunyi, yaitu tulisan yang mempergunakan gambar sebagai lambang bunyi permulaan suatu sukukata pada kalimat. Proses ini juga disebut sebagai proses abstraksi yang pada dasarnya menemukan sifat atau peristiwa bunyi dan detail satu bunyi diujudkan dengan suatu tanda.
Pada tahap ini, lambang yang semula merupakan lambang bunyi suku kata pertama menjadi lambang bunyi awal suku kata tersebut. Perubahan ini melahirkan lambang-lambang konsonan.
e.       Alphabetis
Meningkatnya cara berfikir manusia, pada gilirannya telah menuntut perubahan-perubahan pada tulisan yang digunakan, setelah mana tulisan yang digunakan dirasakan kurang efektif lagi. Proses alphabetis (hijaiy), merupakan tingkat pengabstraksian lebih lanjut dari proses-proses sebelumnya. Pada tingkat ini mulai dilakukan pemisahan tanda terhadap bunyi yang berbeda pada suatu suku kata itu. Pembedaan tanda bunyi suku kata pada tingkat ini telah melahirkan tanda-tanda vokal, di mana sebelumnya yang ditandai pada awal suku-kata adalah bunyi-bunyi konsonan saja. Kemudian karena sulitnya membedakan bunyi awal suku kata yang sama, dilakukan pula usaha untuk membedakan bunyi-bunyi itu dengan memberi tanda-tanda tertentu. Tanda inilah yang disebut huruf-huruf vokal.
Dengan proses ini menjadi lengkaplah tercipta lambang dari setiap bunyi yang keluar dari mulut (lambang oral). Lambang-lambang itu kemudian kemudian disusun sedemikian rupa dan dibedakan antara lambang-lambang konsonan dan lambang-lambang vokal. Susunan lambang-lambang ini disebut dengan alphabet.
Penemuan pola perlambangan oral dalam bentuk tulisan --pada proses terakhir itu--, ternyata telah menuntun kemajuan yang banyak dalam hal ini. Huruf-huruf yang merupakan lambang bunyi, semakin lama semakin disederhanakan ; lambang-lambang yang terlalu banyak dan rumit diperkecil jumlahnya dan dipermudah cara pembuatannya. Hal ini memberi pengaruh yang besar terhadap pembakuan pola penulisan, yang justru dengan itu pula, semakin kecil kemungkinan terjadinya kekeliruan dan perbedaan penggunaan lambang-lambang dalam menulis akibat dari terlalu banyaknya jumlah lambang yang digunakan.
Berbeda dari apa yang telah diuraikan terdahulu, ada lagi tahapan proses yang berkembang dari tulisan gambar yang tidak mengarah kepada terbentuknya alphabet, akan tetapi tetap mempertahankan cara-cara pengungkapan dengan gambar. Penyempurnaan-penyempurnaan yang dilakukan dalam perkembangannya hanyalah penyederhanaan gambar-gambar saja, yaitu dari bentuk yang rumit dan pelik kepada bentuk yang makin sederhana, dengan kata lain, lambang gambar yang semula masih bersifat konkrit, diabstraksikan ke bentuk lambang yang mudah dibuat, tetapi pemahamannya tetap pada pengertian gambar yang dimaksudkan. Contoh satu-satunya untuk proses ini adalah tulisan yang digunakan oleh orang-orang Tionghoa purba. Bahkan di wilayah-wilayah yang berkebudayaan Tionghoa, seperti Jepang Korea, Taiwan dll. Hingga saat ini masih tetap memakai cara penulisan seperti itu.
Dengan uraian diatas, setidaknya ada dua alur proses yang secara umum telah ditempuh oleh masyarakat klasik dalam pengembangan pola penulisan mereka. Yang disebut pertama adalah perkembangan tulisan yang mengarah kepada pembentukan huruf-huruf alphabetis dan didasarkan pada nilai bunyi (phonetis). Sedangkan proses kedua adalah pengembangan tulisan yang tidak menekankan pada nilai bunyi dan tidak mengarah kepada pembentukan alphabeth, akan tetapi tetap didasarkan pada lambang gambar dengan pemahaman makna dan pengertian lambang yang digambarkan disebut dengan pictografis ideografis.
2. Tulisan-tulisan Tertua
Gambaran tentang proses terciptanya tulisan seperti diuriakan terdahulu adalah proses yang secara umum telah dilalui oleh masyarakat purba dalam pengembangan komunikasi tulis mereka. Proses ini tentunya berjalan secara evolusi dan memakan waktu yang panjang. Penggalian-penggalian arkeolog pada beberapa situs yang dianggap sebagai pusat peradaban tertua, telah memberikan informasi-informasi yang sangat penting tentang sistem tulisan yang digunakan oleh masyarakat purba serta tahap-tahap perkembangannya. Dari inskripsi-inskripsi yang ditemukan itu, diketahui bahwa ulisan-tulisan yang dianggap tertua terpulang kepada masa 1.k 4000 tahun sebelum Masehi. Diantara tulisan-tulisan tertua itu adalah: tulisan Sumeria pada wilayah lembah Mesopotamia, Tulisan Mesir kuno dan tulisanTionghoa yang digunakan oleh masyarakat Tiongkok di wilayah propinsi Honan di sebelah utara sungai kuning. Pada subbahasan ini akan dikemukakan jenis-jenis tulisan tertua itu beserta perkembangannya hingga melahirkan beberapa jenis tulisan penting yang dipakai hingga saat ini.
a.      Tulisan Sumeria
Dari penemuan-penemuan tertulis disekitar wilayah lembah Mesopotamia telah membuktikan bahwa orang-orang Sumeria yang mendiami wilayah ini beberapa ribu tahun sebelum Masehi, telah menggunakan sejenis tulisan gambar. Tulisan ini digunakan oleh orang-orang Sumeria dan mendapatkan perkembangan dizaman Babylonia sebagai pewaris peradaban Sumeria, kemudian oleh bangsa Assyiria yang menggantikannya.
Penemuan 'kitab' undang-undang Hammurabi, telah membuka pengetahuan kita tentang tulisan yang digunakan di kerajaan Babylonia, setidaknya pada masa pemerintahan Hammurabi, yang besar itu. Undang-undang Hammurabi ini ditemukan oleh seorang sarjana Perancis pada tahun 1901 (Mansur,tt:157;Gottschalk,1986:86). Undang-undang ini ditulis pada sebuah tugu batu bersegi delapan dengan ketinggian 20 meter dan berisikan undang-undang dan peraturan yang terdiri dari 282 bab.
Studi-studi yang dilakukan terhadap tugu batu itu pada akhirnya berhasil menyingkapkan misteri tulisan yang mirip jejak-jejak paku yang berjejer pada setiap segi dari tugu ini. Para ahli berhasil membaca dan menemukan beberapa informasi yang sangat penting bagi penelitian sejarah selanjutnya tentang peradaban masyarakat di lembah Mesopotamia.
Penemuan tugu batu undang-undang Hammurabi beserta penemuan-penemuan lainnya tidak saja telah memberikan informasi tentang kehidupan masyarakat purba, akan tetapi juga telah memberikan kesimpulan-kesimpulan tentang tradisi menulis pada masyarakat ini semenjak beberapa ribu tahun sebelum Masehi. Tulisan Paku setidaknya adalah merupakan proses ketiga setelah sebelumnya digunakan tulisan gambar. Tulisan ini sudah merupakan lambang bunyi, walaupun masih ditemukan unsur-unsur pictografisnya. Naji Zainuddin mengatakan bahwa bentuk awal dari tulisan paku adalah campuran antara tulisan gambar (pictografis) dengan tulisan bunyi. Akan tetapi pada bahagian lain ia memberikan ilustrasi tentang tulisan paku sebagai lambang bunyi (Zainuddin,1974:296). Sedangkan C. Israr cendrung mengatakan bahwa tulisan paku termasuk tulisan gambar (pictogram), tanpa memberikan keterangan yang terperinci tentang itu; (C.Israr,1985:6) Di sini penulis lebih cendrung mengkalsifikasikan tulisan paku ini kepada tulisan yang mengemban nilai bunyi (fonetis), karena istilah tulisan paku ( al-Mismary = Arab, Cuneiform=Inggeris) digunakan untuk bentuk tulisan yang ditulis menyerupai paku (bukan penggambaran paku itu sendiri). Perubahan dari tulisan gambar kepada tulisan paku terjadi pada masa Babylonia, sedangkan sebelumnya belum berbentuk paku. Inilah yang agaknya tergolong pada tulisan gambar atau campuran seperti pendapat penulis terdahulu. Amat disayangkan mereka tidak memberikan batasan yang jelas dari istilah tulisan paku itu (Bandingkan dengan : Easton,1955:79;Mario Pei,1971:80). Jadi, dengan demikian dipastikan bahwa dalam waktu yang jauh sebelum itu, mereka telah menggunakan tulisan gambar dalam sistem komunikasi mereka.
Salah satu kebiasaan bagi masyarakat di lembah Mesopotamia adalah menulis di atas tanah liat lembab yang telah didatarkan terlebih dahulu. Alat tulis yang digunakan adalah semacam baji (paku) (Mario Pei,1971:79). Paku tersebut ditekan-tekankan pada tanah liat yang masih lembab itu dan setelah itu dikeringkan, dijemur atau dibakar. Di wilayah lembah Mesopotamia banyak sekali dijumpai tapan-tapan tanah liat yang ditulis dengan tulisan paku itu dalam ekskavasi yang dilakukan oleh kalangan arkeolog pada masa akhir-akhir ini. Tapan-tapan tanah liat ini ternyata hampir menyerupai batu serta tahan, meskipun telah terbenam dalam masa yang cukup panjang. Para ahli menyebut tapan tanah liat itu dengan tablet cuneiform.
Pada dasarnya tulisan paku juga berawal dari tulisan gambar (pictografis). Perubahannya kepada kepada tulisan yang melambangkan bunyi, sangat mungkin terjadi seiring dengan perubahan bentuk lambang ; dari gambar yang telah disederhanakan kepada bentuk paku. Perubahan ini baru terjadi pada masa kerajaan Babylonia yang pertama, lebih dari kurang 2000 tahun sM. (Easton,1955:79). 
Sedangkan orang-orang Sumeria yang mendiami lembah Mesopotamia ini diperkirakan telah mempergunakan tulisan dalam sistem komunikasi mereka semenjak 3300 tahun sebelumnya.
b.      Tulisan Mesir Kuno
Mesir, setidaknya dalam waktu yang hampir bersamaan dengan peradaban di wilayah Mesopotamia, juga telah mencapai puncak peradaban yang tinggi. Dari beberapa penggalian arkeologis yang dilakukan di daerah-daerah lembah sungai Nil telah membuktikan bahwa rakyat Mesir pada masa lebih kurang 3000 tahun sM. telah maju dalam segala lapangan kebudayaan.
Salah seorang perwira Insinyur yang dibawa oleh Napoleon Bonaparte ke Mesir, Kapten M. Boussard, melakukan penggalian di dekat pelabuhan Rasyid (Rosetta). Ia menemukan sekeping batu berukir yang panjangnya 3,5 kaki, lebar 2,5 kaki dan dengan ketebalan 1 kaki. Batu ini kemudian dikenal dengan Batu Rasyid (Rosetta Stone). Batu ini menjadi lebih penting setelah dilakukan penelitian terhadap ukiran-ukiran yang ada di dalamnya, ternyata ada tiga kelompok tulisan yang terdiri dari : pada bahagian bawahnya adalah huruf-huruf Greek sebanyak 54 baris dan dua kelompok tulisan Mesir Kuno pada bahagian atasnya. Huruf-huruf Greek itu dapat dikenali dengan baik. Ia berisikan sebuah dekrit yang bertarikh 18 Mesir (27 Maret) tahun 196 sM. Dekrit ini ditulis oleh pendeta-pendeta kuil Memphis sebagai penghormatan mereka terhadap pengusaha Greek di tanah Mesir saat itu, yaitu Ptolemy Ephipanes (205-181 sM.). 
Sementara kelompok huruf yang terdapat pada batu ini terdapat kurung membujur dan pada beberapa bagian terdapat tulisan yang membentuk cakar ayam.
Pada masa kemudian beberapa orang sarjana, seperti G. Zoega (Denmark) dan Dr. Thomas Young (Inggeris) berhasil mengeja huruf-huruf pada kurung membujur itu dan diketahui bahwa itu adalah nama Ptolemy Ephipanes. 
Pada waktu Inggris berhasil merebut Mesir dari tangan Perancis tahun 1801, Batu Rasyid ini dibawa ke Inggeris dan disimpan di British Moseum. Namun demikian sarjana-sarjana Perancis tetap melakukan penelitian-penelitian yang sekasama terhadap tulisan Mesir kuno itu.
Jean Francois Champollion menghubungkan tulisan-tulisan yang terdapat ada Batu Rasyid itu dengan inskripsi yang terdapat pada tiang Obelisk yang ditemyukannya di pulau Philae, sebuah pulau yang terletak di tengah-tengah sungai Nil. Berkat studinya yang tak kenal lelah, akhirnya ia dapat memecahkan rumus-rumus tulisan Mesir kuno yang dua macam itu. Kelompok tulisan pada bahagian atas adalah tulisan Hierogliph, sedangkan kelompok tulisan pada bagian tengahnya adalah tulisan Demotic. Kedua bentuk tulisan ini dipakai secara bersamaan oleh rakyat Mesir untuk penggunaan yang berbeda.
Dengan ditemukannya rahasia huruf-huruf Hioerogliph telah mengundang ekspedisi-ekspedisi ilmiah lebih lanjut untuk menggali peninggalan-peninggalan kuno bangsa Mesir. Denga demikian dinasti demi dinasti dari kekuasaan Pharao terungkapkan sejarahnya. Para ilmuan membanjir datang ke Mesir untuk meneliti lebih jauh situs-situs peradaban bangsa Mesir kuno, terutama pada tiang-tiang Obelisk, ukiran-ukiran pada pyramid, patung-patung serta papyrus-papyrus tua yang bertebaran. Dari hasil akhir penelitian ini menunjukkan bahwa inskripsi tertua terdapat pada pyramid Unas (kuburan raja terakhir dinasti kelima atau lebih kurang 300 tahun sebelum Masehi. Inskripsi ini ditemukan di wilayah Kobtos.
Studi-studi tentang sejarah kebudayaan Mesir purba yang dilakukan oleh ahli-ahli sesudahnya, telah pula membuka mata lebih jauh tentang tulisan yang digunakan di Mesir. Ada tiga jenis tulisan yang dipakai oleh rakyat Mesir purba dan masing-masing digunakan untuk keperluan yang berbeda-beda. Di antara jenis tulisan itu adalah : pertama, Hieratic, yaitu tulisan yang biasanya digunakan untuk penulisan-penulisan resmi (official script ). Jenis kedua adalah Demotic, yang bentuk dan cara penulisannya berbeda dengan jenis pertama. Tulisan ini digunakan sehari-hari oleh rakyat biasa. Kedua jenis tulisan yang telah disebutkan biasanya ditulis di atas kertas papyrus. 
Berbeda dengan kedua jenis tulisan tersebut, ada lagi tulisan yang disebut denga Hieroghliph, yang merupakan tulisan gambar dan lebih konkrit dalam penonjolan gambarnya dibanding dengan dua tulisan terdahulu. Hierogliph ini biasanya digunakan secara khusus untuk menulis-teks-teks suci yang bersifat ritual/sacral (Easton,1971:70). Karena itu, jenis ini tidak dapat digunakan untuk keperluan komunikasi biasa. Tulisan Hierogliph ini banyak sekali dijumpai pada makam-makam Pharao (Fir'aun), yaitu dalam piramid-piramid pada situs-situs peradaban masyarakat Mesir purba.
Seperti juga tulisan Cuneiform di Mesopotamia, tulisan Mesir kuno ini juga berawal dari tulisan gambar, meskipun pada saat ditemukan sudah tidak lagi merupakan lambang gambar, akan tetapi sudah melambangkan bunyi. Proses peralihan fungsi lambang ini berjalan dalam waktu yang lama dan secara berangsur-angsur. Lambang "matahari" --yang oleh rakyat Mesir disebut dengan "re"--, dalam perkembangannya akhirnya berubah fungsi dari pengertian matahari itu sendiri menjadi lambang bunyi suku kata yang berbunyi "re" (Mario Pei,1971:80). Lambang-lambang yang menunjukkan bunyi suku- kata inilah yang banyak dijumpai pada ketiga jenis tulisan yang telah disebutkan terdahulu.
Pada awalnya tulisan kuno di Mesir ini ditulis secara vertikal dari atas ke bawah dan sewaktu-waktu ditulis secara horizontal dari kiri ke kanan dan diikuti dari kanan ke kiri. Sedangkan pada masa terakhir, diketahui bahwa tulisan Hierogliph ditulis dari kiri ke kanan (Zainuddin,1974:297). Penggunaan papyrus sebagai media tulis adalah sangat umum, terutama untuk tuisan Hieratic dan Demotic, sementara tulisan Hierogliph biasanya ditulis/diukir di atas batu.
c.       Tulisan Tionghoa
Pengetahuan tentang peradaban bangsa Tionghoa purba terungkap dengan dilakukannya penggalian-penggalian arkeologis oleh sejumlah ahli di wilayah ini. Pada awal abad kedua puluh ini telah dilakukan penggalian di daerah Honan, sebuah daerah tua yang terletak di bagian utara sungai Kuning (Hoang Ho). Di daerah ini terdapat sebuah timbunan tanah yang oleh bangsa Tionghoa disebut dengan "Timbunan Tanah Yin". Sejumlah benda-benda purbakala, seperti tulang-belulang serta piring-piring yang terbuat dari kulit penyu, berhasil ditemukan pada penggalian ini.
Hasil penemuan ini menjadi penting, setelah diketahui bahwa goresan-goresan yang menghiasi tulang belulang dan piring-piring kulit penyu itu adalah merupakan tulisan yang digunakan oleh masyarakat Tionghoa purba di lembah sungai Hoang Ho itu. Tulisan ini ditulis oleh para ahli nujum yang meramalkan kejadian-kejadian yang bakal terjadi. Berbagai aspek kehidupan masyarakat, seperti perjalanan, perburuan, panen, pemerintahan dan sebagainya dapat diketahui dari goresan-goresan itu. Ini pada umumnya adalah jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh orang-orang yang membutuhkan bantuan (ramalan) dari para ahli nujum itu.
Tulisan yang berupa goresan-goresan ini akhirnya dapat dirumuskan dan diklassifikasikan sebagai tulisan gambar, karena ternyata sebagian dari lambang-lambang yang dipakai masih berupa gambar konkrit, meskipun ada juga terdapat lambang gambar yang sudah disederhanakan. Penemuan ini akhirnya berkesimpulan bahwa tulisan seperti ini digunakan di masa dinasti Syang (1550-1050 sM.).
Penggunaan kulit penyu dan tulang belulang sebagia media tulis, pada waktu ini, merupakan gambaran yang khas dari peradaban masyarakat purba di kawasan Timur Jauh ini, setidaknya pada satu priode tertentu dalam perjalanan sejarah bangsa Tionghoa.
Pada masa dinasti Syang, peranan ahli nujum dalam kehidupan sosial, agaknya sangat besar sekali. Oleh sebab itu banyak sekali masalah-masalah kemasyarakatan yang digantungkan pada ramalan mereka, mulai dari masalah pribadi sampai kepada masalah ketatanegaraan dan kekuasaan. 
Semua jawaban atas pertanyaan itu dituangkan pada media kulit penyu dan tulang belulang itu. Media ini terlebih dahulu dilicinkan dan diberi lobang-lobang. Kemudian dengan memasukkan besi yang sudah dipanaskan, maka lobang-lobang itu akan menimbulkan retakan-retakan. Dari retakan itulah ahli nujum mengembangkan menjadi bentyuk-bentuk tertentu, mungkin berupa gambar binatang, tumbuh-tumbuhan, serta gambar-gambar benda, dan dari gambar yang dihasilkan itulah dipahami pengertian tentang apa yang bakal terjadi, seperti panen yang akan melimpah ruah atau kekuasaan yang akan hancur dan sebagainya.
Cara-cara pelambangan gambar untuk mengungkapkan sesuatu pengertian, seperti yang dilakukan oleh ahli-ahli nujum ini ternyata membawa dampak positif bagi perkembangan tulisan Tionghoa untuk masa-masa selanjutnya. Penggunaan gambar untuk melambangkan suatu pengertian ucapan, sampai saat ini masih tetap digunakan. Sekalipun cara penggambarannya sudah semakin disederhanakan, namun tidak mengubah fungsi lambang itu sendiri sebagai lambang pengertian ucapan. Tidak dapat dielakkan pula bahwa sistem ini menuntut penggunaan lambang yang sangat banyak, karena satu gambar mengemban satu pengertian ucapan. Akan tetapi, sebaliknya, sistem ini memiliki keuntungan lain pula, yaitu tulisan gambar (pictografis) ini, dapat dibaca oleh setiap kelompok masyarakat yang menganut sistem ini, meskipun ada perbendaan-perbedaan bunyi ucapan di antara kelompok -kelompok itu.
Penggunaan media kulit penyu dan tulang-belulang, ternyata juga menuntun kemajuan yang lebih cepat dalam bidang penggunaan media tulis pada masyarakat Tionghoa. Belahan-belahan bambu dan kayu akhirnya menggantikan kulit penyu dan tulang, namun tetap dengan menggunakan besi panas sebagai alat tulisnya. Setelah bambu dan kayu dirasakan kurang praktis dan berat, maka orang-orang Tionghoa beralih ke penggunaan kain sutera, setelah sebelumnya mereka menemukan cara-cara pembuatan tinta, yaitu dengan menggunakan minyak rengas yang diberi warna hitam dengan jelaga. 
Pada abad pertama Masehi, masyarakat Tionghoa telah meramu kertas untuk menggantikan sutera yang dirasakan terlalu mahal. Bahan baku bagi pembuatan kertas ini adalah pakaian bekas, jerami dan kulit kayu. Bahan ini terlebih dahulu dihancurkan, kemudian disaring dan dituangkan pada wadah yang datar, dan beberapa waktu kemudian, mereka pun berhasil memutihkan kertas yang sudah jadi itu.
Kepandaian membuat kertas ini dipelajari oleh orang-orang Islam dari Tionghoa, terutama pada saat pesatnya kegiatan dagang antara Timur Tengah dengan wilayah ini. Pabrik kertas pertama didirikan oleh umat Islam di Samarkand dan pada masa-masa selanjutnya diikuti pula oleh wilayah-wilayah Islam lainnya. Orang-orang Barat, seperti Perancis dan Italia memperoleh kepandaian ini dari Spanyol sekitar tahun 1200 M. Pada saat Eropa mulai mengembangkan pembuatan kertas ini, orang Tionghoa telah mengembangkan teknologi percetakan. Ini sudah mereka rintis penggunaannya semenjak tahun 770 M. dengan menggunakan cetakan kayu.
Dalam sejarah kehidupan manusia, ada banyak sekali penemuan-penemuan baru yang mampu merubah tata cara hidup manusia. Dengan adanya penemuan-penemuan tersebut menjadikan sistem kehidupan manusia semakin maju dan berkembang.
Berikut ini adalah 7 penemuan paling bersejarah dalam peradaban manusia sejak zaman purba yang kelak (kini) mampu merubah tata cara hidup manusia menjadi lebih maju.
1.      Api
Pada awal masa sejarahnya, manusia hidup di bumi belum mengenal api. Tidak ada sistem memasak bahan makanan. Semua langsung dimakan. Beberapa hasil penelitian menyebutkan bahwa manusia purba pertama kali menemukan api tanpa sengaja ketika petir menyambar pohon dilingkungan koloninya. Semenjak itu manusia purba mencoba untuk menggosok-gosokkan benda keras seperti batu hingga ranting kayu yang kering untuk membuat nyala api. Hingga akhirnya ditemukanlah sistem memasak, berburu modern dan berakhir pada penerangan kita malam tiba.
2.      Bahasa
Dengan ditemukannya api, maka secara tidak langsung telah menciptakan gaya hidup berkoloni dan berkumpul untuk mendapatkan kehangatan dimalam hari serta menghindari dari rasa takut akan kegelapan. Hal inilah yang mendorong terciptanya sebuah sistem komunikasi yang kita kenal dengan bahasa. Walaupun pada masa itu mungkin bahasa yang digunakan masih berupa bahasa isyarat atau gerak tubuh. Berawal dari hal inilah kemudian peradaban manusia maju dengan pesat serta komunikasi antar manusia menyebar ke seluruh daratan Bumi.
3.      Roda
Dengan semakin berkembangnya sistem komunikasi, jarak kemudian menjadi masalah ketika seseorang ingin mengunjungi lainnya. Hutan serta kondisi jalan darat yang buruk kemudian menjadi penghalang sebelum akhirnya ditemukan sebuah benda bundar dengan poros ditengahnya. Benda tersebut yang akhirnya kini kita kenal dengan nama RODA. Dengan ditemukannya roda, peradaban manusia kemudian semakin berkembang lagi dengan terciptanya kereta, kendaraan pertama yang ditemukan oleh manusia.
4.      Mesiu
Perang terjadi antar manusia tidak hanya pada masa modern, namun pada zaman manusia primitif pun sudah ada yang namanya perang. Sebelum ditemukannya mesiu, perang terjadi secara jarak dekat dengan menggunakan senjata tajam seperti tombak serta panah. Mesiu menjadi penemuan paling besar dalam peradaban manusia karena menghasilkan ide-ide untuk menciptakan senjata perang yang jaraknya sangat jauh, seperti senjata api, meriam, dan lain-lain.
Bubuk mesiu atau bubuk hitam merupakan bahan peledak yang terbuat dari campuran belerang, arang, dan kalium nitrat, yang membakar sangat cepat dan bahan pendorong pada senjata api serta kembang api. Bubuk mesiu ditemukan oleh seorang ahli kimia Cina pada abad ke-9 ketika sedang mencoba membuat ramuan kehidupan abadi.
Penemuan bubuk mesiu ini diperkirakan adalah hasil dari percobaan-percobaan kimia selama berabad-abad. Kalium nitrat sendiri sudah ditemukan oleh kebudayaan Cina pada pertengahan abad ke-1, dan banyak bukti bahwa penggunaannya dengan belerang banyak dipakai sebagai obat. Sebuah tulisan tentang kimia dari Cina pada tahun 492 menuliskan bahwa kalium nitrat menghasilkan api ungu ketika dibakar, membuatnya dapat dikenali dan dipelajari lebih lanjut.
5.      Uang
Manusia adalah makhluk sosial, bahkan semenjak manusia pertama diciptakan. Mereka saling membutuhkan satu dengan lainnya, hal inilah yang kemudian menciptakan sistem barter dalam kehidupan sosial manusia primitif. Namun sejak ditemukan uang, sistem barter kemudian secara perlahan menghilang dan menjadi sangat mudah.
6.      Listrik
Dalam hal kelistrikan, memang banyak tokoh yang telah berpartisipasi. Sebut saja de Coulomb, Alesandro Volta, Hans C. Cersted, dan Andre Marie Ampere. Mereka ini dianggap sebagai “jago-jago” terbaik di bidang listrik. Namun dari semua itu, orang tak boleh melupakan satu nama yang sangat berjasa dan dikenal sebagai perintis dalam meneliti tentang listrik dan magnet. Dialah Michael Faraday, seorang ilmuwan asal Inggris yang berhasil menemukan motor listrik pertama, suatu skema pertama penggunaan arus listrik untuk membuat sesuatu benda bergerak. Betapa pun primitifnya, namun penemuan Faraday ini merupakan “nenek moyang” dari semua motor listrik yang digunakan dunia sekarang ini. Sejak penemuannya yang pertama pada tahun 1821, Michael Faraday si ilmuwan autodidak ini namanya mulai terkenal. Hasil penemuannya dianggap sebagai pembuka jalan dalam bidang kelistrikan.
7.      Telekomunikasi
Dengan ditemukannya listrik, kemudian ditemukan juga sebuah penemuan yang mampu mengubah wajah dunia serta menurunkan kesulitan berkomunikasi jarak jauh hingga mendekati 0. Antonio Santi Giuseppe Meucci, (13 April 1808—18 Oktober 1889) adalah seorang penemu berkebangsaan Italia yang menemukan sebuah alat komunikasi modern yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat sekarang ini untuk kehidupan sosial yaitu telepon.
Umumnya penemu telepon yang lebih dikenal masyarakat adalah Alexander Graham Bell, namun sepertinya sejarah harus ditulis ulang karena adalah seorang imigran dari Firenze (Florence), Italia yang bernama Antonio Meucci yang telah menciptakan telepon pada tahun 1849 dan mematenkan hasil karyanya pada tahun 1871. Selama ini, Alexander Graham Bell lebih dikenal sebagai bapak telepon, tetapi pada tanggal 11 Juni 2002 dikongres Amerika Serikat, Antonio Meucci ditetapkan sebagai penemu telepon. 


REFERENSI :

PANDANGAN ISLAM TERHADAP PERKEMBANGAN TEKNOLOGI


PANDANGAN ISLAM TERHADAP PERKEMBANGAN TEKNOLOGI
Pengembangan teknologi memerlukan usaha secara sungguh­ sungguh, baik dalam bentuk penemuan sains sebagai basisnya, maupun penerapan dan pengembangan sains tersebut dalam bentuk teknologi. Usaha pengembangan teknologi tersebut dilakukan karena diyakini memiliki manfaat yang dibutuhkan dalam kehidupan manusia. Di antara manfaat‑manfaat teknologi tersebut adalah :
a.      Memperoleh Kemudahan
Kemampuan fisik manusia untuk meraih berbagai kebutuhan hidup sangat terbatas. Pandangan mata, pendengaran telinga manusia terbatas, begitu pula kekuatan dan keterampilan tangan dan kakinya. Kemampuan fisik manusia itu tidak sebanding dengan kebutuhan yang diinginkan. Tetapi manusia sebagai khalifah Allah diberikan kemampuan akal‑pikiran untuk memanfaatkannya menemukan cara‑cara yang tepat dan efektif guna meraih kebutuhan hidup yang tidak mungkin dicapai melalui kemampuan fisik semata. Akal‑pikiran manusia mampu mendayagunakan segala yang Allah ciptakan di bumi ini. Kemampuan itu memang telah ditentukan oleh Allah Swt sebagaimana Allah nyatakan dalam firman‑Nya
وَسَخَّرَ لَكُمْ مَا فِي السَّمَوَاتِ وَمَا فِي اْلأَرْضِ جَمِيعًا مِنْهُ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُوْنَ (الجاثية : 13)
Artinya:      “Dan  Dia  menundukkan  untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berpikir (QS. Al-Jatsiyah (45):13).
Menurut Quraish Shihah dalam Wawasan Al-Qur’an, kata sakhara dalam ayat tersebut arti harfiahnya menundukkan atau merendahkan, maksudnya adalah agar alam raya dengan segala, manfaat yang dapat diraih darinya harus tunduk dan dianggap sebagai sesuatu yang posisinya di bawah manusia. Karen aitu tidak wajar apabila hal itu justru terbalik, artinya tidak wajar sendiri telah ditundukkan untuk manusia. Kepasrahan atau ketundukan manusia kepada sesuatu yang lebih rendah, yang ditundukkan kepada manusia adalah suatu sikap yang tidak wajar, yang bertentangan dengan maksud Allah, karena manusia sebagai khalifah-Nya memiliki derajat yang lebih tinggi dibandingkan dengan segala makhluk yang Allah ciptaan.
Memperoleh kemudahan dalam hidup dengan mengembangkan potensi diri dan dengan memanfaatkan segala yang Allah tundukkan bagi manusia di alam ini sejalan dengan kehendak Allah. Allah menghendaki manusia memperoleh kemudahan, dan tidak menghendaki menghadapi kesusahan hidup. Hal itu dinyatakan oleh Allah dalam firman-Nya:
… يُرِيْدُ اللهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلاَ يُرِيْدُ بِكُمُ الْعُسْرَ … (البقرة : 185)
Artinya:      “Allah menghendaki kemudahan bagimu,  dan tidak menghendaki kesukaran bagimu” (QS. Al-Baqarah (2) :185).
Allah menyatakan, bahwa memang Allah sengaja memberikan berbagai kemudahan kepada manusia agar manusia hidup dengan mudah.
وَنُيَسِّرُكَ لِلْيُسْرَى. (الأعلى : 8)
Artinya:      “Dan Kami memberimu kemudahan agar kamu memperoleh kemudahan”. (QS. al‑A’la (87) : 8).
b.      Mengenal dan Mengagungkan Allah
Apabila manusia mampu menghayati akan makna sains dan teknologi yang dikembangkannya, bahwa sernua itu bukan semata‑mata karena faktor diri pribadi manusia, tetapi ada faktor lain di luar dirinya, maka manusia akan memperoleh jalan untuk mengenal sesuatu yang lain di luar dirinya itu, yaitu Yang Maha Agung, Yang Maha Kuasa, dan Yang Maha Bijaksana, yaitu Allah SWT. Kesempurnaan alam dengan struktur dan sistemnya tidak bisa dibayangkan akan terbentuk dengan sempurna apabila tidak ada kesengajaan pihak lain, yaitu Yang Maka Kuasa dan Maha Sempurna. Semakin luas dan dalam pengetahuan manusia akan rahasia alam ini, maka semakin dekat manusia untuk mengenal Pencipta alam ini, yaitu Allah, Sang Khalik. Ketika pertama manusia mengembangkan teknologi bangunan, manusia telah diberikan contoh langit yang tinggi, yang luas dan kokoh, yang tidak takut akan runtuh. Begitu pula ketika manusia mengembangkan teknologi pesawat udara, Allah telah memberikan contoh bagaimana burung bisa terbang di angkasa dengan stabil, mampu mempertahankan keseimbangan tanpa takut jatuh, dan lain sebagainya. Karena itu ketika menerangkan berbagai struktur di alam ini, Allah menyatakan bahwa semua itu menjadi pelajaran bagi manusia untuk lebih mengenal dan mengangungkan Allah penciptanya. Hal itu dapat kita pahami dari berbagai ayat Al-Qur’an, diantaranya:
أَفَلاَ يَنْظُرُوْنَ إِلَى اْلإِبِلِ كَيْفَ خُلِقَتْ (17)
وَإِلَى السَّمَاءِ كَيْفَ رُفِعَتْ (18)
وَإِلَى الْجِبَالِ كَيْفَ نُصِبَتْ (19)
وَإِلَى اْلأَرْضِ كَيْفَ سُطِحَتْ (20)
فَذَكِّرْ إِنَّمَا أَنْتَ مُذَكِّرٌ (21) سورة الغاشية
Artinya:      (17)    Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta, bagaimana dia diciptakan?
(18)        Dan langit, bagaimana dia ditinggikan?
(19)        Dan gunung-gunung, bagaimana dia ditegakkan?
(20)        Dan bumi, bagaimana dia dihamparkan?
(21)        Maka berilah peringatan, karena sesungguhnya kamu hanyalah orang yang memberikan peringatan. (QS. Al-Ghasiyah (88): 17-21).
Dalam firman Allah menyatakan:
إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَوَاتِ وَاْلأَرْضِ وَاخْتِلاَفِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبَابِ. (ال عمران : 190)
Artinya:      “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda‑tanda  bagi orang yang berakal “. (QS. Ali Imran (3) : 190).
Teknologi, dan juga sains hanyalah sarana untuk lebih meningkatkan pengenalan manusia kepada Allah Penciptanya. Kebesaran Allah akan lebih jelas bagi orang yang berpengetahuan dibandingkan dengan orang yang kurang pengetahuannya. Karena itu Allah menyatakan :
… إِنَّمَا يَخْشَى اللهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَؤُا … (فاطر : 28)
Artinya:        “Sesungguhnya orang yang takut kepada Allah di antara hamba hainba‑Nya, hanyalah orang yang berilmu pengetahuan”. QS. Fathir (35) : 28).
c.       Meningkatkan Kualitas Pengabdian Kepada Allah
Manusia diciptakan oleh Allah hanyalah untuk mengabdi kepada‑Nya. Demikian dinyatakan oleh Allah dalam firman­-Nya:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَاْلإِنْسَ إِلاَّ لِيَعْبُدُوْنِ. (الذاريات : 56)
Artinya:        “Dan tidaklah Au menciptakan jin dan manusia melainkan untuk mengabdi kepada-Ku”. (QS. al‑ Dzariyat (51) : 56).
Seluruh aktivitas hidup manusia hendaknya diwujudkan sebagai pelaksanaan pengabdian kepada Allah tersebut. Pengabdian manusia kepada Allah di sini adalah pengabdian dalam arti luas, yaitu seluruh aktivitas, yang memenuhi kriteria (1) diniatkan untuk menaati aturan Allah; (2) dilakukan dengan mengikuti ketentuan yang diberikan alah, baik dalam bentuk kegiatan yang telah ditentukan tata caranya maupun dalam bentuk penggalian jenis kegiatan yang bermanfaat yang sejalan dengan nilai-nilai kebenaran yang ditunjukkan Allah; dan (3) dimaksudkan untuk memperoleh ridha Allah.
Nilai sebuah pengabdian manusia kepada Alah SWT membuat manusia harus mengesampingkan kesenangan atau kepuasan pribadi, dengan catatan bahwa apa yang Allah ridhai bagi manusia adalah sesuatu yang terbaik bagi manusia. Allah Maha Tahu akan segala sesuatu yang paling bermanfaat bagi manusia, dan Allah tidak menginginkan kesenangan-Nya sendiri dengan mengorbankan kepentingan manusia. Alah Maha Kaya dan Maha Kuasa sehingga Dia tidak menginginkan apapun dari pengabdian manusia kepada-Nya. Kewajiban yang Allah berikan pada manusia untuk mengabdi kepada-Nya adalah untuk kepentingan manusia sendiri, untuk kemaslahatan manusia.
Teknologi apabila dirancang dan dimanfaatkan secara benar dalam konteks tugas pengabdian manusia tersebut, maka teknologi diyakini akan mampu meningkatkan kualitas pengabdiannya kepada Allah. Jam misalnya, adalah produk teknologi yang dimanfaatkan oleh umat Islam setiap hari untukl mengetahui waktu-waktu shalat sehingga umat Islam dapat menunaikan ibadah shalat tepat pada waktunya, begitu pula kompas dimanfaatkan untuk mengetahui arah kiblat sehingga tidak terjadi salah arah dalam shalat. Dalam hal produk teknologi pangan, dengan banyaknya produk makanan yang beredar di masyarakat, kita mampu mengetahui komponen‑komponen yang dipergunakan sebagai bahan, proses pembuatannya, sehingga kita dapat mengetahui apakah makanan yang kita konsumsi itu halal atau haram, begitu pula dengan produk‑produk teknologi lainnya.
Apabila berbagai kemajuan yang dicapai manusia diniatkan dan diarahkan untuk kepentingan peningkatan kualitas pengabdiannya kepada Allah, maka kemajuan yang dicapai itu tidak membuat manusia menjadi lalai akan tugas kehidupannya. Karena itu Allah memerintahkan dalam firman‑Nya:
قُلْ إِنَّ صَلاَتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ؟ (الأنعام : 162)
Artinya :     “Katakanlah: “Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku, hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam”. (QS. al‑An’am (6) : 162).
d.      Memperoleh Kesenangan dan Kebahagiaan Hidup
Kemudahan‑kemudahan yang diperoleh manusia melalui pemanfaatan teknologi membuat manusia dapat memperoleh kesenangan dan kebahagiaan hidup serta tetap dalam koridor kesenangan dan kebahagiaan yang halal, yang diridhai Allah. Allah tidak menghendaki manusia hidup susah, tetapi sebaliknya Allah menghendaki manusia hidup senang, hidup bahagia. Ketika Allah menempatkan Adam dan istrinya di bumi, Allah berfirman:
… وَلَكُمْ فِي اْلأَرْضِ مُسْتَقَرٌّ وَمَتَاعٌ إِلَى حِيْنٍ. (البقرة : 36)
Artinya: “ …. dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan” (Qs. Al-Baqarah (2): 36).
Untuk memperoleh kesenangan dan kebahagiaan hidup yang disediakan oleh Allah itu, manusia diberikan sarana kebutuhan yang serba lengkap di bumi, sebagaimana Allah nyatakan:
هُوَ الَّذِيْ خَلَقَ لَكُمْ مَا فِي اْلأَرْضِ جَمِيْعًا ثُمَّ اسْتَوَى إِلَى السَّمَاءِ فَسَوَّاهُنَّ سَبْعَ سَمَوَاتٍ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ. (البقرة : 29)
Artinya:        “Dia-lah Alah yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu sekalian dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu” (QS. Al-Baqarah (2): 29).
Sekalipun kesenangan dan kebahagiaan hidup itu sejak awal penciptaan manusia telah diizinkan oleh Allah, tetapi Allah mengingatkan agar kesenangan itu jangan sampai membuat manusia lupa diri, yang mengakibatkan manusia tergelincir dalam kesesatan dan dosa. Hal itu dapat kita pahami dari peringatan Allah kepada Nabi Hud dan umatnya yang menjadi pelajaran bagi kita semua sebagaimana difirmankan oleh Allah:
قِيْلَ يَانُوْحُ اهْبِطْ بِسَلاَمٍ مِنَّا وَبَرَكَاتٍ عَلَيْكَ وَعَلَى أُمَمٍ مِمَّنْ مَعَكَ وَأُمَمٌ سَنُمَتِّعُهُمْ ثُمَّ يَمَسُّهُمْ مِنَّا عَذَابٌ أَلِيْمٌ. (هود : 48)
Artinya:      “Difirmankan : “Hai Nuh, turunlah dengan selamat dan sejahtera dan penuh keberkatan dari Kami atasmu dan atas umat‑umat (yang mukmin) dari orang‑orang yang bersamamu. Dan ada (pula) umat‑umat yang Kami beri kesenangan pada mereka (dalam kehidupan dunia), kemudian mereka akan ditimpa azab yang pedih dari Kami”. (QS. Hud (11) : 48).
Tidak sedikit orang yang kelihatan hidupnya taat kepada Allah, kelihatan alim, kekeluargaannya juga baik ketika hidup susah, tetapi begitu hidup senang dia lupa, terpedaya oleh kesenangannya. Fenomena yang monumental dalam kasus tersebut adalah kasus Qarun yang diabadikan dalam QS. 28 (al‑Qashash) : 76‑82. Qarun adalah simbol kekayaan dan kemegahan hidup sehingga kunci bangunannya saja susah dibawa oleh. orang yang perkasa. Tetapi karena kesombongan dan kelalaiannya itulah yang menyebabkan ia mendapat azab dari Allah sehingga ia dan kekayaannya itu hilang ditelan bumi. Sebagaimana firman Allah :
فَخَسَفْنَا بِهِ وَبِدَارِهِ اْلأَرْضَ فَمَا كَانَ لَهُ مِنْ فِئَةٍ يَنْصُرُونَهُ مِنْ دُوْنِ اللهِ وَمَا كَانَ مِنَ الْمُنْتَصِرِيْنَ (81
وَأَصْبَحَ الَّذِيْنَ تَمَنَّوْا مَكَانَهُ بِالْأَمْسِ يَقُوْلُوْنَ وَيْكَأَنَّ اللهَ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَيَقْدِرُ لَوْلاَ أَنْ مَنَّ اللهُ عَلَيْنَا لَخَسَفَ بِنَا وَيْكَأَنَّهُ لاَ يُفْلِحُ الْكَافِرُوْنَ (82) القصص
Artinya:        (81)    Maka kami benamkanlah Karun beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya suatu golonganpun yang menolongnya terhadap azab Allah. Dan tiadalah ia termasuk orang-orang (yang dapat) membela (dirinya).
(82)    Dan jadilah orang-orang yang kemarin menciptakan kedudukan  Karun itu berkata: “Aduhai, benarlah Allah melapangkan rizki bagi siapa yang Ia kehendaki dari hamba-hamba-Nya dan menyempitkannya, kalau Allah tidak melimpahkan karunia-Nya atas kita benar-benar Dia telah membenamkan kita (pula). Aduhai, benarlah tidak beruntung orang-orang yang mengingkari (nikmat Allah) (QS. Al-Qashash (28); 81-82).
e.       Meningkatkan Kemampuan Memanfaatkan Kekayaan Alam
Seorang pekerja bangunan yang kuat dan masih muda, masih memiliki semangat kerja dan daya tahan tubuh tinggi menggali tanah dengan peralatan tradisional untuk  pondasi bangunan dalam satu hari ia hanya mampu menggali beberapa meter kubik, begitu pula pekerja tambang, dan lain‑lain. Ketika para pekerja tersebut menggunakan peralatan berat, ia mampu meningkatkan produktivitas kerja berlipat ganda. Bahkan banyak kekayaan alam yang tidak mungkin dideteksi keberadaannya dan dilakukan eksplorasi tanpa menggunakan teknologi canggih, seperti sumber minyak yang berada di kedalaman ribuan meter atau di dasar laut. Padahal semua itu disediakan oleh Allah untuk kesejahteraan hidup manusia.
Teknologi meningkatkan kemampuan manusia melakukan eksplorasi kekayaan alam tersebut secara optimal. Banyak negara, bangsa yang tidak memiliki kekayaan alam memadai tetapi karena memiliki kemampuan teknologi canggih hidup lebih sejahtera dibandingkan dengan negara, bangsa yang memiliki kekayaan alam melimpah tetapi teknologinya tertinggal. Jepang umpamanya, adalah sebuah negara kecil, yang miskin akan kekayaan alam, tetapi kemajuan teknologinya tinggi, ia lebih kaya dibandingkan dengan Indonesia yang kekayaannya melimpah tetapi tertinggal kemajuan teknologinya dibandingkan dengan Jepang. Masih banyak negara di dunia ini yang kaya seperti Jepang dan yang tertinggal seperti Indonesia.
Eksplorasi kekayaan alam diingatkan oleh Allah agar jangan sampai tak terkontrol sehingga berubah menjadi eksploitasi alam, yang mengakibatkan kerusakan alam, terganggunya keseimbangan lingkungan, karena justru akan mengakibatkan timbulnya malapetaka bagi manusia, seperti banjir,  pencemaran lingkungan, ,dan lain-lain. Dalam firman Allah:
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوْا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ. (الروم : 41)
Artinya:  Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)” (QS. Ar-Rum (30):41).
Bumi ini Allah ciptakan dengan baik, artinya memiliki kesempurnaan dankeseimbangan sehingga dapat bertahan dan menyediakan berbagai kebutuhan hidup manusia. Karena itu Allah mengingatkan agar pemanfaatan kekayaan alam yang ada di bumi ini jangan sampai mengganggu keseimbangan alam tersebut. Hal itu Allah ingatkan dalam firman-Nya:
وَلاَ تُفْسِدُوْا فِي اْلأَرْضِ بَعْدَ إِصْلاَحِهَا وَادْعُوْهُ خَوْفًا وَطَمَعًا إِنَّ رَحْمَةَ اللهِ قَرِيْبٌ مِنَ الْمُحْسِنِيْنَ. (الأعراف: 56)
Artinya:      “Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya, dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang‑orang yang berbuat baik”. (QS. al‑A’raf (7) : 56).
f.       Menumbuhkan Rasa Syukur Kepada Allah
Bagi orang beriman, sekecil apapun nikmat yang ia dapatkan dari rezeki halal yang diberikan Allah kepadanya akan melahirkan rasa syukur kepada‑Nya sebagai pemberi nikmat. Apalagi dengan kemajuan teknologi yang mampu melipat‑gandakan nikmat itu kepadanya, maka rasa syukur kepada‑Nya pun juga akan berlipat ganda. Rasa syukur kepada Allah yang paling ringan adalah mengucapkan “alhamdulillahi rabbil ‘alamin “, namun hakikat syukur yang sebenarnya adalah memanfaatkan nikmat itu secara, benar untuk meningkatkan ketakwaannya kepada Allah. Karena itu diperlukan tekad, kesungguhan untuk mewujudkan rasa syukur dalam amal kehidupan secara riil. Allah mengingatkan:
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيْدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيْدٌ. (إبراهيم : 7)
Artinya:      “Dan (ingatlah) tatakala Tuhanmu memaklumkan “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat‑Ku), maka sesungguhnya azab‑Ku sangat pedih “. QS. Ibrahim (14) : 7).
Sekalipun demikian, memang banyak manusia, bahkan kebanyakan manusia tidak menyadari kalau nikmat itu adalah anugerah Allah sehingga ia tidak mensyukuri nikmat tersebut. Hal ini juga diingatkan oleh Allah dalam firman-Nya:
… إِنَّ اللهَ لَذُوْ فَضْلٍ عَلَى النَّاسِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لاَ يَشْكُرُوْنَ. (البقرة : 243)
Artinya:      “Sesungguhnya Allah mempunyai karunia terhadap manusia, tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur” (QS. Al-Baqarah (2): 243).
Teknologi membuat manusia semakin mudah meraih keinginannya, semakin ringan beban hidup yang harus ditanggung, semakin besar hasil yang bisa diperoleh. Kemudahan, keringanan, dan kenikmatan itu tidak mustahil membuat manusia semakin lupa kepada Allah, semakin jauh dari-Nya, apabila tidak disikapi secara cermat dan diiringi dengan iman yang teguh. Karena itu ilmu pengetahuan dan teknologi harus dilandasi oleh iman agar pemanfaatannya terarah untuk meningkatkan kualitas takwanya kepada Allah SWT.
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) merupakan salah satu faktor penunjang kemajuan Sumber Daya Manusia (SDM), karena dengan adanya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi suatu negara bisa bersaing dan disetarakan dengan negara-negara lain. Setiap manusia diberikan ilmu pengetahuan oleh Allah SWT, agar menjadi orang berkualitas yang dapat menjunjung tinggi derajatnya.
Maka dengan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi manusia akan lebih bermanfaat, baik untuk dirinya maupun untuk masyarakat. Akan tetapi, semua itu tergantung kemampuan yang timbul dari orang itu sendiri.
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
Sebelum memaparkan ilmu pengetahuan dan teknologi, perlu diketahui sekilas tentang perbedaan antara pengetahuan dan ilmu agar tidak terjebak pada kesalahpahaman mengenai keduanya, sehingga bisa memahami dengan mudah dan benar apa yang dimaksud dengan ilmu pengetahuan dan teknologi. Ilmu adalah bagian dari pengetahuan yang terklasifikasi, tersistem, dan terukur serta dapat dibuktikan kebenarannya secara empiris. Ilmu menurut Al-Qur’an adalah rangkaian keterangan yang bersumber dari Allah yang diberikan kepada manusia baik melalui Rasulnya atau langsung kepada manusia yang menghendakinya tentang alam semesta sebagai ciptaan Allah yang bergantung menurut ketentuan dan kepastian-Nya.
Sementara itu, pengetahuan adalah keseluruhan pengetahuan yang belum tersusun, baik mengenai metafisik maupun fisik. Dapat juga dikatakan pengetahuan adalah informasi yang berupa common sense, sedangkan ilmu sudah merupakan bagian yang lebih tinggi dari itu karena memiliki metode dan mekanisme tertentu. Jadi ilmu lebih khusus daripada pengetahuan, tetapi tidak berarti semua ilmu adalah pengetahuan. Menurut Sutrisno Hadi, ilmu  kumpulan dari pengalaman-pengalaman dan pengetahuan-pengetahuan dari sejumlah orang-orang yang dipadukan secara harmonis dalam suatu bangunan yang teratur. Sedangkan teknologi adalah kemampuan teknik yang berlandaskan pengetahuan ilmu eksakta dan berdasarkan proses teknis.
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi di jaman Islam
Islam pernah berjaya di bidang IPTEK sekitar abad VIII sampai dengan abad XIII. Tradisi keilmuan umat Islam dipelopori oleh Al-Kindi (filosof penggerak dan pengembang ilmu pengetahuan) yang mengatakan bahwa Islam itu dapat memperoleh ilmu pengetahuan dan teknologi dari manapun sumbernya, asalkan tidak bertenangan dengan akidah dan syariat. Hal ini sejalan dengan hadits nabi yang menyuruh umatnya berlayar sampai ke negeri China untuk memperoleh ilmu pengetahuan.
Padahal China adalah negara non muslim. Menurut Harun Nasution, pemikiran rasional berkembang pada jaman Islam (650-1250 M). Pemikiran ini dipengaruhi oleh persepsi tentang bagaimana tingginya kedudukan akal seperti yang terdapat dalam al-Qur`an dan hadits. Persepsi ini bertemu dengan persepsi yang sama dari Yunani melalui filsafat dan sains Yunani yang berada di kota-kota pusat peradaban Yunani di Dunia Islam Zaman Klasik, seperti Alexandria (Mesir), Jundisyapur (Irak), Antakia (Syiria), dan Bactra (Persia). W. Montgomery Watt menambahkan lebih rinci bahwa ketika Irak, Syiria, dan Mesir diduduki oleh orang Arab pada abad ketujuh, ilmu pengetahuan dan filsafat Yunani dikembangkan di berbagai pusat belajar.
Terdapat sebuah sekolah terkenal di Alexandria, Mesir, tetapi kemudian dipindahkan pertama kali ke Syiria, dan kemudian pada sekitar tahun 900 M ke Baghdad. Maka para khalifah dan para pemimpin kaum Muslim lainnya menyadari apa yang harus dipelajari dari ilmu pengetahuan Yunani. Mereka mengagendakan agar menerjemahkan sejumlah buku penting dapat diterjemahkan. Beberapa terjemahan sudah mulai dikerjakan pada abad kedelapan. Penerjemahan secara serius baru dimulai pada masa pemerintahan al-Ma’mūn (813-833 M). Dia mendirikan Bayt al-Ḥikmah, sebuah lembaga khusus penerjemahan. Sejak saat itu dan seterusnya, terdapat banjir penerjemahan besar-besaran. Penerjemahan terus berlangsung sepanjang abad kesembilan dan sebagian besar abad kesepuluh.
IPTEK dilihat dari pandangan Islam
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) menurut pandangan Al-Qur’an  mengundang kita untuk menengok sekian banyak ayat Al-Qur’an yang berbicara tentang alam raya. Menurut ulama terdapat 750 ayat Al-Qur’an yang menjelaskan tentang alam beserta fenomenanya dan memerintahkan manusia untuk mengetahui dan memanfaatkannya. Allah SWT berfirman dalam QS Al-Baqarah ayat 31 yang artinya : “Dan dia ajarkan kepada Adam nama-nama (benda) semuanya, kemudian diperintahkan kepada malaikat-malaikat, seraya berfirman “Sebutkan kepadaku nama semua (benda) ini, jika kamu yang benar”. Dari ayat di atas yang dimaksud nama-nama adalah sifat, ciri, dan hukum sesuatu. Ini berarti manusia berpotensi mengetahui rahasia alam semesta. Adanya potensi tersebut, dan tersedianya lahan yang diciptakan Allah, serta ketidakmampuan alam untuk membangkang pada perintah dan hukum-hukum Tuhan, menjadikan ilmuwan dapat memperoleh kepastian mengenai hukum-hukum alam. Karenanya, semua itu menghantarkan pada manusia berpotensi untuk memanfaatkan alam itu merupakan buah dari ilmu pengetahuan dan teknologi. Al-Qur’an memerintahkan manusia untuk terus berupaya meningkatkan kemampuan ilmiahnya. Jangankan manusia biasa, Rasul Allah Muhammad SAW pun diperintahkan agar berusaha dan berdoa agar selalu ditambah pengetahuannya  (QS Yusuf : 72).
Hal ini dapat menjadi pemicu manusia untuk terus mengembangkan teknologi dengan memanfaatkan anugerah Allah yang dilimpahkan kepadanya. Karena itu, laju IPTEK memang tidak dapat dibendung, hanya saja mabusia dapat berusaha mengarahkan diri agar tidak diperturutkan nafsunya untuk mengumpulkan harta dan IPTEK yang dapat membahayakan dirinya dan yang lainnya.
Berkenaan dengan masalah dan teknologi, kita pernah pasti pernah mendengar bahwa ada orang-orang yang berangapan bahwa kerusakan dunia saat ini yaitu terjadinya perang, moral bejat, akhlak ambruk, dll adalah disebabkan oleh teknologi. Maka dari itu teknologi harus dijauhi.
Di samping itu, ada juga orang yang mengatakan bahwa tanpa adanya sains dan teknologi maka tidak mungkin peradaban manusia terjadi seperti saat ini. Adanya alat transportasi yang cepat, bisa berkomunikasi dengan siapapun di dunia ini, dll adalah hasil sains dan teknologi. Tanpa teknologi hidup pasti sulit, maka teknologi itu penting dan adapun kerusakan yang ditimbulkan itu karena manusianya yang tidak bisa menggunakannya.
Kemudian muncul dalam pikiran kita suatu pertanyaan “lantas bagaimana mendudukan teknologi yang benar dalam hidup ini?”.
Dalam pandangan kapitalisme (ideologi Indonesia saat ini) teknologi merupakan suatu sarana untuk menggapai kebahagiaan dan kepuasan dunia semata. Karena kapitalisme berpandangan bahwa hidup itu hanya untuk materi yaitu mencari kesenangan sebesar-besarnya. Begitupun sosislisme (ideologi Indonesia saat orde lama) mereka juga berpandangan bahwa hidup itu harus dinikmati dengan cara hidup bersenang-senang apapun caranya yang penting senang. Dengan kata lain, keduanya mengejar manfaat atau manfaat menjadi standar kehidupannya.
Manusia merupakan mahluk ciptaan Allah SWT yang paling sempurna, yang membedakan kesempurnaan manusia dengan mahluk-mahluk lainnya adalah akal, Allah SWT membekali akal bagi manusia untuk keberlangsungan hidupnya, agar tercipta suasana yang kondusif, sehingga sesuai dengan tujuan diciptakannya manusia yaitu sebagai Khalifah fil-ard ( wakil Tuhan di bumi), yang membawa misi Rahmatan lil’alamin (kasih sayang bagi seluruh alam).
Dengan akal pikiran yang telah diberikan oleh Allah SWT, manusia dituntut untuk mengembangkannya, yaitu dengan jalan mencari ilmu pengetahuan. Sebagaimana yang terdapat dalam sabda-sabda RasulNya, yaitu Muhammad SAW, yang megumandangkan kewajiban mencari ilmu bagi umat Muslim. Rasulullah SWA memprioritaskan umatnya untuk mencari ilmu syar’i, yaitu demi pembentukan sikap dan prilaku yang mengandung unsur Akhlakul Karimah.
Dewasa ini banyak perkembangan-perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, semisal dalam bidang elektronika ada televisi, radio, komputer. Bidang otomotif ada mobil, pesawat terbang, kapal. Bidang kedokteran ada bayi tabung, cangkok ginjal, cloning, dan lain sebagainya. Yang semakin lama semakin berkembang.
Berkenaan dengan perkembangan ilmu pengetahuan tersebut, maka umat Islam yang notabennya memprioritaskan pendidikannya dalam lingkup syar’i akan jauh ketinggalan dibandingkan dengan orang-orang barat yang mayoritas nonMuslim. Dengan pendalaman ilmu-ilmu syar’i saja, umat Muslim akan terpuruk, dan selalu di jajah dengan adanya kebutuhan-kubutuhan yang harus dipenuhi dari hasil ciptaan dan karya orang-orang barat. Maka dari itu, kita akan mencoba mengkaji pandangan Islam tentang ilmu pengetahuan dan teknologi demi meningkatkan pemahaman Islam yang secara totalitas dan tidak parsial, dan juga demi kemajuan umat Islam dalam segala bidang ilmu.

KESIMPULAN
Perkembangan teknologi dalam pandangan Islam merupakan perkembangan ilmu pengetahuan yang melalui teknologi yang membuat lebih memudahkan dalam mengakses sesuatu dimana saja. Dengan akal pikiran yang telah diberikan oleh Allah SWT, manusia dituntut untuk mengembangkannya, yaitu dengan jalan mencari ilmu pengetahuan.
Di samping itu, ada juga orang yang mengatakan bahwa tanpa adanya sains dan teknologi maka tidak mungkin peradaban manusia terjadi seperti saat ini. Menurut ulama terdapat 750 ayat Al-Qur’an yang menjelaskan tentang alam beserta fenomenanya dan memerintahkan manusia untuk mengetahui dan memanfaatkannya.




Referensi :