PANDANGAN ISLAM TERHADAP
PERKEMBANGAN TEKNOLOGI
Pengembangan
teknologi memerlukan usaha secara sungguh sungguh, baik dalam bentuk penemuan
sains sebagai basisnya, maupun penerapan dan pengembangan sains tersebut dalam
bentuk teknologi. Usaha pengembangan teknologi tersebut dilakukan karena
diyakini memiliki manfaat yang dibutuhkan dalam kehidupan manusia. Di antara
manfaat‑manfaat teknologi tersebut adalah :
a.
Memperoleh
Kemudahan
Kemampuan
fisik manusia untuk meraih berbagai kebutuhan hidup sangat terbatas. Pandangan
mata, pendengaran telinga manusia terbatas, begitu pula kekuatan dan
keterampilan tangan dan kakinya. Kemampuan fisik manusia itu tidak sebanding
dengan kebutuhan yang diinginkan. Tetapi manusia sebagai khalifah Allah
diberikan kemampuan akal‑pikiran untuk memanfaatkannya menemukan cara‑cara yang
tepat dan efektif guna meraih kebutuhan hidup yang tidak mungkin dicapai
melalui kemampuan fisik semata. Akal‑pikiran manusia mampu mendayagunakan
segala yang Allah ciptakan di bumi ini. Kemampuan itu memang telah ditentukan
oleh Allah Swt sebagaimana Allah nyatakan dalam firman‑Nya
وَسَخَّرَ لَكُمْ مَا فِي السَّمَوَاتِ وَمَا فِي اْلأَرْضِ
جَمِيعًا مِنْهُ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُوْنَ (الجاثية :
13)
Artinya:
“Dan Dia menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa
yang ada di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya
pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi
kaum yang berpikir (QS. Al-Jatsiyah (45):13).
Menurut
Quraish Shihah dalam Wawasan Al-Qur’an, kata sakhara dalam ayat tersebut arti
harfiahnya menundukkan atau merendahkan, maksudnya adalah agar alam raya dengan
segala, manfaat yang dapat diraih darinya harus tunduk dan dianggap sebagai
sesuatu yang posisinya di bawah manusia. Karen aitu tidak wajar apabila hal itu
justru terbalik, artinya tidak wajar sendiri telah ditundukkan untuk manusia.
Kepasrahan atau ketundukan manusia kepada sesuatu yang lebih rendah, yang
ditundukkan kepada manusia adalah suatu sikap yang tidak wajar, yang
bertentangan dengan maksud Allah, karena manusia sebagai khalifah-Nya memiliki
derajat yang lebih tinggi dibandingkan dengan segala makhluk yang Allah
ciptaan.
Memperoleh
kemudahan dalam hidup dengan mengembangkan potensi diri dan dengan memanfaatkan
segala yang Allah tundukkan bagi manusia di alam ini sejalan dengan kehendak
Allah. Allah menghendaki manusia memperoleh kemudahan, dan tidak menghendaki
menghadapi kesusahan hidup. Hal itu dinyatakan oleh Allah dalam firman-Nya:
… يُرِيْدُ اللهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلاَ يُرِيْدُ بِكُمُ
الْعُسْرَ … (البقرة : 185)
Artinya:
“Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak
menghendaki kesukaran bagimu” (QS. Al-Baqarah (2) :185).
Allah
menyatakan, bahwa memang Allah sengaja memberikan berbagai kemudahan kepada
manusia agar manusia hidup dengan mudah.
وَنُيَسِّرُكَ لِلْيُسْرَى. (الأعلى : 8)
Artinya:
“Dan Kami memberimu kemudahan agar kamu memperoleh kemudahan”. (QS. al‑A’la
(87) : 8).
b.
Mengenal
dan Mengagungkan Allah
Apabila
manusia mampu menghayati akan makna sains dan teknologi yang dikembangkannya,
bahwa sernua itu bukan semata‑mata karena faktor diri pribadi manusia, tetapi
ada faktor lain di luar dirinya, maka manusia akan memperoleh jalan untuk
mengenal sesuatu yang lain di luar dirinya itu, yaitu Yang Maha Agung, Yang
Maha Kuasa, dan Yang Maha Bijaksana, yaitu Allah SWT. Kesempurnaan alam dengan
struktur dan sistemnya tidak bisa dibayangkan akan terbentuk dengan sempurna
apabila tidak ada kesengajaan pihak lain, yaitu Yang Maka Kuasa dan Maha
Sempurna. Semakin luas dan dalam pengetahuan manusia akan rahasia alam ini,
maka semakin dekat manusia untuk mengenal Pencipta alam ini, yaitu Allah, Sang
Khalik. Ketika pertama manusia mengembangkan teknologi bangunan, manusia telah
diberikan contoh langit yang tinggi, yang luas dan kokoh, yang tidak takut akan
runtuh. Begitu pula ketika manusia mengembangkan teknologi pesawat udara, Allah
telah memberikan contoh bagaimana burung bisa terbang di angkasa dengan stabil,
mampu mempertahankan keseimbangan tanpa takut jatuh, dan lain sebagainya.
Karena itu ketika menerangkan berbagai struktur di alam ini, Allah menyatakan
bahwa semua itu menjadi pelajaran bagi manusia untuk lebih mengenal dan
mengangungkan Allah penciptanya. Hal itu dapat kita pahami dari berbagai ayat
Al-Qur’an, diantaranya:
أَفَلاَ يَنْظُرُوْنَ إِلَى اْلإِبِلِ كَيْفَ خُلِقَتْ
(17)
وَإِلَى السَّمَاءِ كَيْفَ رُفِعَتْ (18)
وَإِلَى الْجِبَالِ كَيْفَ نُصِبَتْ (19)
وَإِلَى اْلأَرْضِ كَيْفَ سُطِحَتْ (20)
فَذَكِّرْ إِنَّمَا أَنْتَ مُذَكِّرٌ (21) سورة الغاشية
Artinya:
(17) Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta, bagaimana dia
diciptakan?
(18)
Dan langit, bagaimana dia ditinggikan?
(19)
Dan gunung-gunung, bagaimana dia ditegakkan?
(20)
Dan bumi, bagaimana dia dihamparkan?
(21)
Maka berilah peringatan, karena sesungguhnya kamu hanyalah orang yang
memberikan peringatan. (QS. Al-Ghasiyah (88): 17-21).
Dalam
firman Allah menyatakan:
إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَوَاتِ وَاْلأَرْضِ وَاخْتِلاَفِ
اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبَابِ. (ال عمران : 190)
Artinya:
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan
silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda‑tanda bagi orang yang
berakal “. (QS. Ali Imran (3) : 190).
Teknologi,
dan juga sains hanyalah sarana untuk lebih meningkatkan pengenalan manusia
kepada Allah Penciptanya. Kebesaran Allah akan lebih jelas bagi orang yang
berpengetahuan dibandingkan dengan orang yang kurang pengetahuannya. Karena itu
Allah menyatakan :
… إِنَّمَا يَخْشَى اللهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَؤُا
… (فاطر : 28)
Artinya:
“Sesungguhnya orang yang takut kepada Allah di antara hamba hainba‑Nya,
hanyalah orang yang berilmu pengetahuan”. QS. Fathir (35) : 28).
c.
Meningkatkan
Kualitas Pengabdian Kepada Allah
Manusia
diciptakan oleh Allah hanyalah untuk mengabdi kepada‑Nya. Demikian dinyatakan
oleh Allah dalam firman-Nya:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَاْلإِنْسَ إِلاَّ لِيَعْبُدُوْنِ.
(الذاريات : 56)
Artinya:
“Dan tidaklah Au menciptakan jin dan
manusia melainkan untuk mengabdi kepada-Ku”. (QS. al‑ Dzariyat (51) : 56).
Seluruh
aktivitas hidup manusia hendaknya diwujudkan sebagai pelaksanaan pengabdian
kepada Allah tersebut. Pengabdian manusia kepada Allah di sini adalah
pengabdian dalam arti luas, yaitu seluruh aktivitas, yang memenuhi kriteria (1)
diniatkan untuk menaati aturan Allah; (2) dilakukan dengan mengikuti ketentuan
yang diberikan alah, baik dalam bentuk kegiatan yang telah ditentukan tata
caranya maupun dalam bentuk penggalian jenis kegiatan yang bermanfaat yang
sejalan dengan nilai-nilai kebenaran yang ditunjukkan Allah; dan (3)
dimaksudkan untuk memperoleh ridha Allah.
Nilai
sebuah pengabdian manusia kepada Alah SWT membuat manusia harus mengesampingkan
kesenangan atau kepuasan pribadi, dengan catatan bahwa apa yang Allah ridhai
bagi manusia adalah sesuatu yang terbaik bagi manusia. Allah Maha Tahu akan
segala sesuatu yang paling bermanfaat bagi manusia, dan Allah tidak
menginginkan kesenangan-Nya sendiri dengan mengorbankan kepentingan manusia. Alah
Maha Kaya dan Maha Kuasa sehingga Dia tidak menginginkan apapun dari pengabdian
manusia kepada-Nya. Kewajiban yang Allah berikan pada manusia untuk mengabdi
kepada-Nya adalah untuk kepentingan manusia sendiri, untuk kemaslahatan
manusia.
Teknologi
apabila dirancang dan dimanfaatkan secara benar dalam konteks tugas pengabdian
manusia tersebut, maka teknologi diyakini akan mampu meningkatkan kualitas
pengabdiannya kepada Allah. Jam misalnya, adalah produk teknologi yang
dimanfaatkan oleh umat Islam setiap hari untukl mengetahui waktu-waktu shalat
sehingga umat Islam dapat menunaikan ibadah shalat tepat pada waktunya, begitu
pula kompas dimanfaatkan untuk mengetahui arah kiblat sehingga tidak terjadi
salah arah dalam shalat. Dalam hal produk teknologi pangan, dengan banyaknya
produk makanan yang beredar di masyarakat, kita mampu mengetahui komponen‑komponen
yang dipergunakan sebagai bahan, proses pembuatannya, sehingga kita dapat
mengetahui apakah makanan yang kita konsumsi itu halal atau haram, begitu pula
dengan produk‑produk teknologi lainnya.
Apabila
berbagai kemajuan yang dicapai manusia diniatkan dan diarahkan untuk
kepentingan peningkatan kualitas pengabdiannya kepada Allah, maka kemajuan yang
dicapai itu tidak membuat manusia menjadi lalai akan tugas kehidupannya. Karena
itu Allah memerintahkan dalam firman‑Nya:
قُلْ إِنَّ صَلاَتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي
ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ؟ (الأنعام : 162)
Artinya
: “Katakanlah: “Sesungguhnya shalatku, ibadahku,
hidupku, dan matiku, hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam”. (QS. al‑An’am
(6) : 162).
d.
Memperoleh
Kesenangan dan Kebahagiaan Hidup
Kemudahan‑kemudahan
yang diperoleh manusia melalui pemanfaatan teknologi membuat manusia dapat
memperoleh kesenangan dan kebahagiaan hidup serta tetap dalam koridor
kesenangan dan kebahagiaan yang halal, yang diridhai Allah. Allah tidak
menghendaki manusia hidup susah, tetapi sebaliknya Allah menghendaki manusia
hidup senang, hidup bahagia. Ketika Allah menempatkan Adam dan istrinya di
bumi, Allah berfirman:
… وَلَكُمْ فِي اْلأَرْضِ مُسْتَقَرٌّ وَمَتَاعٌ إِلَى
حِيْنٍ. (البقرة : 36)
Artinya:
“ …. dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai
waktu yang ditentukan” (Qs. Al-Baqarah (2): 36).
Untuk
memperoleh kesenangan dan kebahagiaan hidup yang disediakan oleh Allah itu,
manusia diberikan sarana kebutuhan yang serba lengkap di bumi, sebagaimana
Allah nyatakan:
هُوَ
الَّذِيْ خَلَقَ لَكُمْ مَا فِي اْلأَرْضِ جَمِيْعًا ثُمَّ اسْتَوَى إِلَى السَّمَاءِ
فَسَوَّاهُنَّ سَبْعَ سَمَوَاتٍ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ. (البقرة : 29)
Artinya:
“Dia-lah Alah yang menjadikan segala yang
ada di bumi untuk kamu sekalian dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu
dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu” (QS.
Al-Baqarah (2): 29).
Sekalipun
kesenangan dan kebahagiaan hidup itu sejak awal penciptaan manusia telah
diizinkan oleh Allah, tetapi Allah mengingatkan agar kesenangan itu jangan
sampai membuat manusia lupa diri, yang mengakibatkan manusia tergelincir dalam
kesesatan dan dosa. Hal itu dapat kita pahami dari peringatan Allah kepada Nabi
Hud dan umatnya yang menjadi pelajaran bagi kita semua sebagaimana difirmankan
oleh Allah:
قِيْلَ يَانُوْحُ اهْبِطْ بِسَلاَمٍ مِنَّا وَبَرَكَاتٍ
عَلَيْكَ وَعَلَى أُمَمٍ مِمَّنْ مَعَكَ وَأُمَمٌ سَنُمَتِّعُهُمْ ثُمَّ يَمَسُّهُمْ
مِنَّا عَذَابٌ أَلِيْمٌ. (هود : 48)
Artinya:
“Difirmankan : “Hai Nuh, turunlah dengan selamat dan sejahtera dan penuh
keberkatan dari Kami atasmu dan atas umat‑umat (yang mukmin) dari orang‑orang
yang bersamamu. Dan ada (pula) umat‑umat yang Kami beri kesenangan pada mereka
(dalam kehidupan dunia), kemudian mereka akan ditimpa azab yang pedih dari
Kami”. (QS. Hud (11) : 48).
Tidak
sedikit orang yang kelihatan hidupnya taat kepada Allah, kelihatan alim,
kekeluargaannya juga baik ketika hidup susah, tetapi begitu hidup senang dia
lupa, terpedaya oleh kesenangannya. Fenomena yang monumental dalam kasus
tersebut adalah kasus Qarun yang diabadikan dalam QS. 28 (al‑Qashash) : 76‑82.
Qarun adalah simbol kekayaan dan kemegahan hidup sehingga kunci bangunannya
saja susah dibawa oleh. orang yang perkasa. Tetapi karena kesombongan dan
kelalaiannya itulah yang menyebabkan ia mendapat azab dari Allah sehingga ia
dan kekayaannya itu hilang ditelan bumi. Sebagaimana firman Allah :
فَخَسَفْنَا بِهِ وَبِدَارِهِ اْلأَرْضَ فَمَا كَانَ لَهُ
مِنْ فِئَةٍ يَنْصُرُونَهُ مِنْ دُوْنِ اللهِ وَمَا كَانَ مِنَ الْمُنْتَصِرِيْنَ
(81
وَأَصْبَحَ الَّذِيْنَ تَمَنَّوْا مَكَانَهُ بِالْأَمْسِ
يَقُوْلُوْنَ وَيْكَأَنَّ اللهَ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ
وَيَقْدِرُ لَوْلاَ أَنْ مَنَّ اللهُ عَلَيْنَا لَخَسَفَ بِنَا وَيْكَأَنَّهُ لاَ يُفْلِحُ
الْكَافِرُوْنَ (82) القصص
Artinya:
(81) Maka kami benamkanlah
Karun beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya suatu golonganpun
yang menolongnya terhadap azab Allah. Dan tiadalah ia termasuk orang-orang
(yang dapat) membela (dirinya).
(82)
Dan jadilah orang-orang yang kemarin menciptakan kedudukan
Karun itu berkata: “Aduhai, benarlah Allah melapangkan rizki bagi siapa yang Ia
kehendaki dari hamba-hamba-Nya dan menyempitkannya, kalau Allah tidak
melimpahkan karunia-Nya atas kita benar-benar Dia telah membenamkan kita
(pula). Aduhai, benarlah tidak beruntung orang-orang yang mengingkari (nikmat
Allah) (QS. Al-Qashash (28); 81-82).
e.
Meningkatkan
Kemampuan Memanfaatkan Kekayaan Alam
Seorang
pekerja bangunan yang kuat dan masih muda, masih memiliki semangat kerja dan
daya tahan tubuh tinggi menggali tanah dengan peralatan tradisional untuk
pondasi bangunan dalam satu hari ia hanya mampu menggali beberapa meter kubik,
begitu pula pekerja tambang, dan lain‑lain. Ketika para pekerja tersebut
menggunakan peralatan berat, ia mampu meningkatkan produktivitas kerja berlipat
ganda. Bahkan banyak kekayaan alam yang tidak mungkin dideteksi keberadaannya
dan dilakukan eksplorasi tanpa menggunakan teknologi canggih, seperti sumber
minyak yang berada di kedalaman ribuan meter atau di dasar laut. Padahal semua
itu disediakan oleh Allah untuk kesejahteraan hidup manusia.
Teknologi
meningkatkan kemampuan manusia melakukan eksplorasi kekayaan alam tersebut
secara optimal. Banyak negara, bangsa yang tidak memiliki kekayaan alam memadai
tetapi karena memiliki kemampuan teknologi canggih hidup lebih sejahtera
dibandingkan dengan negara, bangsa yang memiliki kekayaan alam melimpah tetapi
teknologinya tertinggal. Jepang umpamanya, adalah sebuah negara kecil, yang
miskin akan kekayaan alam, tetapi kemajuan teknologinya tinggi, ia lebih kaya
dibandingkan dengan Indonesia yang kekayaannya melimpah tetapi tertinggal
kemajuan teknologinya dibandingkan dengan Jepang. Masih banyak negara di dunia
ini yang kaya seperti Jepang dan yang tertinggal seperti Indonesia.
Eksplorasi
kekayaan alam diingatkan oleh Allah agar jangan sampai tak terkontrol sehingga
berubah menjadi eksploitasi alam, yang mengakibatkan kerusakan alam,
terganggunya keseimbangan lingkungan, karena justru akan mengakibatkan timbulnya
malapetaka bagi manusia, seperti banjir, pencemaran lingkungan, ,dan
lain-lain. Dalam firman Allah:
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ
أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوْا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ.
(الروم : 41)
Artinya:
Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan
manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan
mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)” (QS. Ar-Rum (30):41).
Bumi
ini Allah ciptakan dengan baik, artinya memiliki kesempurnaan dankeseimbangan
sehingga dapat bertahan dan menyediakan berbagai kebutuhan hidup manusia.
Karena itu Allah mengingatkan agar pemanfaatan kekayaan alam yang ada di bumi
ini jangan sampai mengganggu keseimbangan alam tersebut. Hal itu Allah ingatkan
dalam firman-Nya:
وَلاَ
تُفْسِدُوْا فِي اْلأَرْضِ بَعْدَ إِصْلاَحِهَا وَادْعُوْهُ خَوْفًا وَطَمَعًا إِنَّ
رَحْمَةَ اللهِ قَرِيْبٌ مِنَ الْمُحْسِنِيْنَ. (الأعراف: 56)
Artinya:
“Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi,
sesudah (Allah) memperbaikinya, dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut
(tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat
Allah amat dekat kepada orang‑orang yang berbuat baik”. (QS. al‑A’raf (7) :
56).
f.
Menumbuhkan
Rasa Syukur Kepada Allah
Bagi
orang beriman, sekecil apapun nikmat yang ia dapatkan dari rezeki halal yang
diberikan Allah kepadanya akan melahirkan rasa syukur kepada‑Nya sebagai
pemberi nikmat. Apalagi dengan kemajuan teknologi yang mampu melipat‑gandakan
nikmat itu kepadanya, maka rasa syukur kepada‑Nya pun juga akan berlipat ganda.
Rasa syukur kepada Allah yang paling ringan adalah mengucapkan “alhamdulillahi
rabbil ‘alamin “, namun hakikat syukur yang sebenarnya adalah memanfaatkan
nikmat itu secara, benar untuk meningkatkan ketakwaannya kepada Allah. Karena
itu diperlukan tekad, kesungguhan untuk mewujudkan rasa syukur dalam amal
kehidupan secara riil. Allah mengingatkan:
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيْدَنَّكُمْ
وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيْدٌ. (إبراهيم : 7)
Artinya: “Dan
(ingatlah) tatakala Tuhanmu memaklumkan “Sesungguhnya jika kamu bersyukur,
pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat‑Ku),
maka sesungguhnya azab‑Ku sangat pedih “. QS. Ibrahim (14) : 7).
Sekalipun
demikian, memang banyak manusia, bahkan kebanyakan manusia tidak menyadari
kalau nikmat itu adalah anugerah Allah sehingga ia tidak mensyukuri nikmat
tersebut. Hal ini juga diingatkan oleh Allah dalam firman-Nya:
… إِنَّ اللهَ لَذُوْ فَضْلٍ عَلَى النَّاسِ وَلَكِنَّ
أَكْثَرَ النَّاسِ لاَ يَشْكُرُوْنَ. (البقرة : 243)
Artinya:
“Sesungguhnya Allah mempunyai karunia terhadap
manusia, tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur” (QS. Al-Baqarah (2): 243).
Teknologi
membuat manusia semakin mudah meraih keinginannya, semakin ringan beban hidup
yang harus ditanggung, semakin besar hasil yang bisa diperoleh. Kemudahan,
keringanan, dan kenikmatan itu tidak mustahil membuat manusia semakin lupa
kepada Allah, semakin jauh dari-Nya, apabila tidak disikapi secara cermat dan
diiringi dengan iman yang teguh. Karena itu ilmu pengetahuan dan teknologi
harus dilandasi oleh iman agar pemanfaatannya terarah untuk meningkatkan
kualitas takwanya kepada Allah SWT.
Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) merupakan salah satu faktor penunjang
kemajuan Sumber Daya Manusia (SDM), karena dengan adanya Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi suatu negara bisa bersaing dan disetarakan dengan negara-negara lain.
Setiap manusia diberikan ilmu pengetahuan oleh Allah SWT, agar menjadi orang
berkualitas yang dapat menjunjung tinggi derajatnya.
Maka
dengan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi manusia akan lebih bermanfaat, baik untuk
dirinya maupun untuk masyarakat. Akan tetapi, semua itu tergantung kemampuan
yang timbul dari orang itu sendiri.
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
(IPTEK)
Sebelum
memaparkan ilmu pengetahuan dan teknologi, perlu diketahui sekilas tentang
perbedaan antara pengetahuan dan ilmu agar tidak terjebak pada kesalahpahaman
mengenai keduanya, sehingga bisa memahami dengan mudah dan benar apa yang
dimaksud dengan ilmu pengetahuan dan teknologi. Ilmu adalah bagian dari
pengetahuan yang terklasifikasi, tersistem, dan terukur serta dapat dibuktikan
kebenarannya secara empiris. Ilmu menurut Al-Qur’an adalah rangkaian keterangan
yang bersumber dari Allah yang diberikan kepada manusia baik melalui Rasulnya
atau langsung kepada manusia yang menghendakinya tentang alam semesta sebagai
ciptaan Allah yang bergantung menurut ketentuan dan kepastian-Nya.
Sementara
itu, pengetahuan adalah keseluruhan pengetahuan yang belum tersusun, baik
mengenai metafisik maupun fisik. Dapat juga dikatakan pengetahuan adalah
informasi yang berupa common sense, sedangkan ilmu sudah merupakan bagian
yang lebih tinggi dari itu karena memiliki metode dan mekanisme tertentu. Jadi
ilmu lebih khusus daripada pengetahuan, tetapi tidak berarti semua ilmu adalah
pengetahuan. Menurut Sutrisno Hadi, ilmu kumpulan dari
pengalaman-pengalaman dan pengetahuan-pengetahuan dari sejumlah orang-orang
yang dipadukan secara harmonis dalam suatu bangunan yang teratur. Sedangkan
teknologi adalah kemampuan teknik yang berlandaskan pengetahuan ilmu eksakta
dan berdasarkan proses teknis.
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi di
jaman Islam
Islam
pernah berjaya di bidang IPTEK sekitar abad VIII sampai dengan abad XIII.
Tradisi keilmuan umat Islam dipelopori oleh Al-Kindi (filosof penggerak dan
pengembang ilmu pengetahuan) yang mengatakan bahwa Islam itu dapat memperoleh
ilmu pengetahuan dan teknologi dari manapun sumbernya, asalkan tidak
bertenangan dengan akidah dan syariat. Hal ini sejalan dengan hadits nabi yang
menyuruh umatnya berlayar sampai ke negeri China untuk memperoleh ilmu
pengetahuan.
Padahal
China adalah negara non muslim. Menurut Harun Nasution, pemikiran rasional
berkembang pada jaman Islam (650-1250 M). Pemikiran ini dipengaruhi oleh
persepsi tentang bagaimana tingginya kedudukan akal seperti yang terdapat dalam
al-Qur`an dan hadits. Persepsi ini bertemu dengan persepsi yang sama dari
Yunani melalui filsafat dan sains Yunani yang berada di kota-kota pusat
peradaban Yunani di Dunia Islam Zaman Klasik, seperti Alexandria (Mesir),
Jundisyapur (Irak), Antakia (Syiria), dan Bactra (Persia). W. Montgomery Watt
menambahkan lebih rinci bahwa ketika Irak, Syiria, dan Mesir diduduki oleh
orang Arab pada abad ketujuh, ilmu pengetahuan dan filsafat Yunani dikembangkan
di berbagai pusat belajar.
Terdapat
sebuah sekolah terkenal di Alexandria, Mesir, tetapi kemudian dipindahkan
pertama kali ke Syiria, dan kemudian pada sekitar tahun 900 M ke Baghdad. Maka
para khalifah dan para pemimpin kaum Muslim lainnya menyadari apa yang harus
dipelajari dari ilmu pengetahuan Yunani. Mereka mengagendakan agar
menerjemahkan sejumlah buku penting dapat diterjemahkan. Beberapa terjemahan
sudah mulai dikerjakan pada abad kedelapan. Penerjemahan secara serius baru
dimulai pada masa pemerintahan al-Ma’mūn (813-833 M). Dia mendirikan Bayt al-Ḥikmah,
sebuah lembaga khusus penerjemahan. Sejak saat itu dan seterusnya, terdapat
banjir penerjemahan besar-besaran. Penerjemahan terus berlangsung sepanjang
abad kesembilan dan sebagian besar abad kesepuluh.
IPTEK dilihat dari pandangan Islam
Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) menurut pandangan Al-Qur’an mengundang
kita untuk menengok sekian banyak ayat Al-Qur’an yang berbicara tentang alam
raya. Menurut ulama terdapat 750 ayat Al-Qur’an yang menjelaskan tentang alam
beserta fenomenanya dan memerintahkan manusia untuk mengetahui dan
memanfaatkannya. Allah SWT berfirman dalam QS Al-Baqarah ayat 31 yang artinya : “Dan
dia ajarkan kepada Adam nama-nama (benda) semuanya, kemudian diperintahkan
kepada malaikat-malaikat, seraya berfirman “Sebutkan kepadaku nama semua
(benda) ini, jika kamu yang benar”. Dari ayat di atas yang dimaksud nama-nama
adalah sifat, ciri, dan hukum sesuatu. Ini berarti manusia berpotensi
mengetahui rahasia alam semesta. Adanya potensi tersebut, dan tersedianya lahan
yang diciptakan Allah, serta ketidakmampuan alam untuk membangkang pada
perintah dan hukum-hukum Tuhan, menjadikan ilmuwan dapat memperoleh kepastian
mengenai hukum-hukum alam. Karenanya, semua itu menghantarkan pada manusia
berpotensi untuk memanfaatkan alam itu merupakan buah dari ilmu pengetahuan dan
teknologi. Al-Qur’an memerintahkan manusia untuk terus berupaya meningkatkan
kemampuan ilmiahnya. Jangankan manusia biasa, Rasul Allah Muhammad SAW pun
diperintahkan agar berusaha dan berdoa agar selalu ditambah pengetahuannya
(QS Yusuf : 72).
Hal
ini dapat menjadi pemicu manusia untuk terus mengembangkan teknologi dengan
memanfaatkan anugerah Allah yang dilimpahkan kepadanya. Karena itu, laju IPTEK
memang tidak dapat dibendung, hanya saja mabusia dapat berusaha mengarahkan
diri agar tidak diperturutkan nafsunya untuk mengumpulkan harta dan IPTEK yang
dapat membahayakan dirinya dan yang lainnya.
Berkenaan
dengan masalah dan teknologi, kita pernah pasti pernah mendengar bahwa ada
orang-orang yang berangapan bahwa kerusakan dunia saat ini yaitu terjadinya
perang, moral bejat, akhlak ambruk, dll adalah disebabkan oleh teknologi. Maka
dari itu teknologi harus dijauhi.
Di
samping itu, ada juga orang yang mengatakan bahwa tanpa adanya sains dan
teknologi maka tidak mungkin peradaban manusia terjadi seperti saat ini. Adanya
alat transportasi yang cepat, bisa berkomunikasi dengan siapapun di dunia ini,
dll adalah hasil sains dan teknologi. Tanpa teknologi hidup pasti sulit, maka
teknologi itu penting dan adapun kerusakan yang ditimbulkan itu karena
manusianya yang tidak bisa menggunakannya.
Kemudian
muncul dalam pikiran kita suatu pertanyaan “lantas bagaimana mendudukan
teknologi yang benar dalam hidup ini?”.
Dalam
pandangan kapitalisme (ideologi Indonesia saat ini) teknologi merupakan suatu
sarana untuk menggapai kebahagiaan dan kepuasan dunia semata. Karena
kapitalisme berpandangan bahwa hidup itu hanya untuk materi yaitu mencari
kesenangan sebesar-besarnya. Begitupun sosislisme (ideologi Indonesia saat orde
lama) mereka juga berpandangan bahwa hidup itu harus dinikmati dengan cara
hidup bersenang-senang apapun caranya yang penting senang. Dengan kata lain,
keduanya mengejar manfaat atau manfaat menjadi standar kehidupannya.
Manusia merupakan
mahluk ciptaan Allah SWT yang paling sempurna, yang membedakan kesempurnaan
manusia dengan mahluk-mahluk lainnya adalah akal, Allah SWT membekali akal bagi
manusia untuk keberlangsungan hidupnya, agar tercipta suasana yang kondusif,
sehingga sesuai dengan tujuan diciptakannya manusia yaitu sebagai Khalifah
fil-ard ( wakil Tuhan di bumi), yang membawa misi Rahmatan lil’alamin (kasih
sayang bagi seluruh alam).
Dengan
akal pikiran yang telah diberikan oleh Allah SWT, manusia dituntut untuk
mengembangkannya, yaitu dengan jalan mencari ilmu pengetahuan. Sebagaimana yang
terdapat dalam sabda-sabda RasulNya, yaitu Muhammad SAW, yang megumandangkan
kewajiban mencari ilmu bagi umat Muslim. Rasulullah SWA memprioritaskan umatnya
untuk mencari ilmu syar’i, yaitu demi pembentukan sikap dan prilaku yang
mengandung unsur Akhlakul Karimah.
Dewasa
ini banyak perkembangan-perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, semisal
dalam bidang elektronika ada televisi, radio, komputer. Bidang otomotif ada
mobil, pesawat terbang, kapal. Bidang kedokteran ada bayi tabung, cangkok
ginjal, cloning, dan lain sebagainya. Yang semakin lama semakin berkembang.
Berkenaan
dengan perkembangan ilmu pengetahuan tersebut, maka umat Islam yang notabennya
memprioritaskan pendidikannya dalam lingkup syar’i akan jauh ketinggalan
dibandingkan dengan orang-orang barat yang mayoritas nonMuslim. Dengan pendalaman
ilmu-ilmu syar’i saja, umat Muslim akan terpuruk, dan selalu di jajah dengan
adanya kebutuhan-kubutuhan yang harus dipenuhi dari hasil ciptaan dan karya
orang-orang barat. Maka dari itu, kita akan mencoba mengkaji pandangan Islam
tentang ilmu pengetahuan dan teknologi demi meningkatkan pemahaman Islam yang
secara totalitas dan tidak parsial, dan juga demi kemajuan umat Islam dalam
segala bidang ilmu.
KESIMPULAN
Perkembangan
teknologi dalam pandangan Islam merupakan perkembangan ilmu pengetahuan yang
melalui teknologi yang membuat lebih memudahkan dalam mengakses sesuatu dimana
saja. Dengan akal pikiran yang telah diberikan oleh Allah SWT, manusia dituntut
untuk mengembangkannya, yaitu dengan jalan mencari ilmu pengetahuan.
Di
samping itu, ada juga orang yang mengatakan bahwa tanpa adanya sains dan
teknologi maka tidak mungkin peradaban manusia terjadi seperti saat ini. Menurut
ulama terdapat 750 ayat Al-Qur’an yang menjelaskan tentang alam beserta
fenomenanya dan memerintahkan manusia untuk mengetahui dan memanfaatkannya.
Referensi
:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar